Beranda | Artikel
Jagalah Shalat, Buatlah Nabi Tersenyum
Kamis, 10 April 2014

Buletin At Tauhid Edisi 15 Tahun X

jagalah shalat

Agungnya kedudukan shalat dalam Islam

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS. Al Mu’minun : 1-2)

Shalat adalah amalan yang sangat besar nilainya dan tinggi kedudukannya di dalam Islam. Berikut ini sedikit dalil yang menggambarkan agungnya kedudukan shalat dalam Islam :

  1. Rukun Islam yang paling utama setelah syahadat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima landasan : persaksian tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Perintah langsung dari Allah di atas langit

Shalat adalah ibadah yang Allah perintahkan kepada Rasulullah secara langsung di atas langit ketika beliau mengalami peristiwa isra mi’raj tanpa perantara malaikat, tidak seperti amalan lainnya.

  1. Wasiat Nabi di penghujung hayat beliau

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah : “Jagalah shalat…Jagalah shalat… Bertaqwalah kepada Allah dalam memperlakukan budak kalian” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Al Albani)

Bahaya meninggalkan shalat

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya. Maka kelak mereka akan menemui ghayy” (QS. Maryam : 59-60)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ghayy adalah sungai di Jahannam yang memuakkan rasanya dan dalam dasarnya” (Tafsir Ath Thabari, 18/218)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Pembatas) antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim)

Syaikh ‘Abdurrazzaq Al Badr mengatakan, “Ulama berselisih pendapat apakah orang yang sengaja meninggalkan shalat sudah keluar dari Islam atau belum?

Adapun ulama yang berpendapat kafirnya orang yang sengaja meninggalkan shalat, mereka punya dalil yang kuat dari Al Qur’an dan As Sunnah. Minimal, adanya berbagai dalil yang berbicara tentang keadaan orang yang sengaja meninggalkan shalat akan menimbulkan rasa takut yang luar biasa dalam hati seorang muslim jika tidak maksimal menjaga shalat dan menyia-nyiakannya” (Ta’zhimus Shalah, hal. 23 dengan diringkas)

Pembaca yang dimuliakan Allah, sedikit keterangan di atas semoga bisa menggambarkan betapa bahayanya meninggalkan shalat. Seandainya pun kita melihat realita adanya silang pendapat di kalangan ulama, tentu kita tidak akan merasa nyaman jika ternyata status keislaman kita yang sedang diperselisihkan, apakah kita masih muslim atau Islam kita sudah batal tanpa sadar akibat meninggalkan shalat?

Wajibnya shalat berjama’ah bagi laki-laki

Allah Ta’ala berfirman, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku”(QS. Al Baqarah : 43)

Pada ayat ini, setelah Allah Ta’ala memerintahkan untuk mendirikan shalat, Allah juga memerintahkan agar shalat tersebut ditunaikan secara berjama’ah di rumah Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka”(HR. Bukhari dan Muslim)

Pada hadits di atas, Nabi mengancam orang yang tidak shalat berjama’ah tanpa alasan bahwa rumah mereka akan dibakar.  Tentu ancaman keras ini menunjukkan bahayanya tidak ikut shalat berjama’ah bersama kaum muslimin.

Dan masih banyak dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang menunjukkan wajibnya shalat berjama’ah bagi laki-laki. Adapun wanita, boleh ikut shalat berjama’ah di masjid selama memperhatikan adab-adab keluar rumah bagi seorang wanita.

Shalatlah seperti aku shalat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari)

Sebagaimana yang sudah diketahui, syarat diterimanya amal ada dua, niat yang ikhlas dan sesuai petunjuk Nabi. Maka, kita harus shalat sebagaimana Nabi shalat, mempelajari rukun dan wajib shalat, tata cara berdirinya Nabi, ruku’nya, sujudnya, dan seluruh hal yang berkaitan dengan kewajiban dalam shalat supaya shalat kita sah.

Keutamaan shalat shubuh dan isya’

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. AlIsraa : 78)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shalat isya dan shalat shubuh, tentu mereka akan mendatanginya dengan merangkak” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, sangat disayangkan, sebagian saudara kita banyak melalaikan dua shalat ini, khususnya shalat shubuh. Sungguh menakjubkan, betapa banyak orang yang kuat mengangkat beban yang berat untuk dipikul, tapi tidak kuat mengangkat kelopak matanya untuk bangun shubuh disebabkan lemahnya iman dan hati.

Jangan remehkan shalat Ashar

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan saat melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahri (shubuh-pen) dan sebelum terbenamnya (ashar-pen), maka lakukanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Siapa saja diantara kita yang berkeinginan melihat Allah Ta’ala di hari kiamat kelak, hendaknya berusaha menjaga shalat shubuh dan ashar.

Shalat yang mencegah dari perbuatan keji dan munkar

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar” (QS. Al Ankabut : 45)

Syaikh As Sa’di ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “dan orang yang mendirikan shalat” (QS. Al Baqarah : 3) mengatakan, “(Pada ayat ini) Allah tidaklah berfirman, ‘kerjakanlah shalat’. Karena seseorang tidaklah cukup sekedar mengerjakan shalat dengan melakukan gerakan-gerakan shalat. Tetapi, mendirikan shalat (bukan sekedar mengerjakan-pen) adalah mendirikannya secara lahir dengan menyempurnakan rukun shalat, wajib shalat, dan syarat shalat, serta mendirikannya secara batin, dengan menghidupkan ruh shalat, yaitu menghadirkan hati ketika shalat dan merenungi setiap bacaan dan gerakan dalam shalat. Inilah shalat yang Allah katakan, “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar” (Taisir Karimir Rahman, hal. 27)

Merugilah orang yang lalai dalam shalatnya

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Celakalah orang yang shalat. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya” (QS. Al Ma’un : 4-5)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Lalai disini bisa jadi melalaikan waktu shalat dengan menunda pelaksanaan shalat hingga akhir waktu. Ia lakukan ini terus-menerus ataupun seringnya seperti ini. Bisa juga bermakna lalai dalam mengerjakan rukun dan syarat shalat dari yang diperintahkan. Bisa juga bermakna tidak khusyu’ dan tidak merenungkan makna-makna yang terkandung (dalam setiap bacaan dan gerakan shalat)” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/493)

Kiat menikmati shalat

Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam penrah berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat!”(HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Allah Ta’ala telah menjadikan shalat sebagai media rekreasi hati bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut enam poin yang dapat membantu kita untuk menggapai hal ini :

1. Niat yang ikhlash

2. Fokuskan hati hanya mengingat Allah di dalam shalat

3. Meneladani tata cara shalat Nabi

4.Ihsan, yakni beribadah seakan-akan melihat Allah secara langsung. Jika belum bisa, yakinlah bahwa Allah senantiasa melihat gerak-gerik kita

5. Menyadari bahwa setiap shalat yang kita dirikan, semata-mata adalah karunia dan rahmat Allah semata

6. Dan menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang kita lakukan dalam menjalankan kewajiban shalat ini sehingga kita berusaha lebih maksimal dalam mengerjakan shalat dan senantiasa memohon ampun kepada Allah

(Ta’zhimus Shalah, hal. 84-87)

Menghilangkan was-was dalam shalat

Untuk menanggulangi was-was dalam shalat, lakukan dua hal ini :

  1. Renungilah setiap ucapan dan gerakan yang ia lalui dalam shalatnya
  2. Hilangkan berbagai hal yang dapat menyibukkan hati dari shalat

(Ta’zhimus Shalah, hal. 105-108)

Buatlah Nabi tersenyum!

Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menderita sakit yang mengantarkan beliau kembali kepada Allah Ta’ala, beliau berhalangan menunaikan shalat shubuh berjama’ah. Di waktu itu, beliau mencoba melihat apa yang terjadi di luar sana, melongok melihat keadaan para shahabat beliau. Mulailah beliau mendekati jendela kamar beliau dan menyingkap tirai yang menghalangi pandangan beliau dengan masjid, ternyata beliau melihat pemandangan indah di fajar tersebut.

Barisan para shahabat yang dipimpin oleh Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yang tersusun rapih dalam shaf-shaf shalat shubuh berjama’ah di masjid, membuat beliau tersenyum bahagia di tengah parahnya sakit beliau.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, beliau tersenyum ketika melihat umat beliau memenuhi masjid, membentuk barisan shaf yang rapih, dan mendirikan shalat karena Allah Ta’ala secara berjama’ah. Tidakkah kita ingin membuat beliau tersenyum?

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendirikan shalat, “Wahai Rabb-ku, jadikanlah aku dan keturunanku termasuk orang yang mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah do’a-ku” (QS. Ibrahim : 40).

Penulis             : Yananto Sulaimansyah

 

 

 


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/jagalah-shalat-buatlah-nabi-tersenyum/